TAMAN PENGHIAS RUMAH MUNGIL

 Antologi Bersama KPPJ Dengan Tema The Magic Of Inspiration

TAMAN PENGHIAS RUMAH MUNGIL

karya: Rince Wiki Utami


Hari ketiga ayah dirawat di sebuah rumah sakit angkatan, beliau belum tahu sakitnya karena kami masih menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukannya, pensiunan kapten yang didedikasikan usianya untuk pengabdian luar biasa melayani masyarakat. Aku kenal betul ayahku dan sifat kerasnya, sosok yang penuh inspirasi buatku.

78 tahun usia beliau, badannya masih terlihat gagah dengan wajah yang ceria menghibur, siapa pun yang datang untuk menjenguk ada saja celoteh lucu serta ceramah juga bait-bait do’a yang diberikan kepada yang datang, menurut beliau do’a orang yang sakit tidak terhalang, in syaa allah akan terkabul.

Keyakinan yang kokoh membuat bulir lembut berebes membasahi pipi ini tanpa isak, hanyut mengaminkan dalam khusu’nya do’a dan entah getaran rasa apa hinggap sesakkan dada.

Hampir tiga bulan ayahku sudah mengetahui penyakitnya, tampak kepasrahan bahkan cenderung mempersiapkan diri dengan tabah menjemput sang maut. Kanker paru-paru demikian dokter sudah memvonisnya, hidup

beliau tidak akan lama karena sudah masuk stadium 4, tubuhnya yang gagah tampak semakin kuyu.

Seminggu terakhir beliau dengan sadar mengoceh melihat orang-orang kecil berpakaian kuning disekililingnya dan membuatkan pagar, menanam pohon-pohon serta bunga- bunga aneka warna, beliau cerita pohon-pohon tersebut cepat sekali tumbuhnya.

Akupun menanggapi, ”ada rumahnyakah ayah?” di jawab beliau, “tidak ada hanya pekarangan yang luas dengan pagar dan pohon serta bunga-bunga”. Maa Sya Allah aku pun merinding mendengarnya.

Sakit yang sangat membuat emosi beliau terkadang memuncak tapi beliau tidak mengeluh “sakit” hanya marah bila yang menunggu kurang respon atau kondisi yang terasa kurang mendukung seperti udara panas padahal sudah dipasang air conditioner di kamar beliau.

Pernah suatu kali beliau buang air yang agak banyak dalam kondisi tidak mau memakai pampers, “tidak enak”, kata beliau, adik yang menunggu membersihkan kotorannya mungkin kurang cepat, beliau mengambil lap basah yang masih berisi kotorannya kemudian menaruhnya di kepala, kata beliau,”dingin..” yaa robbana..kami semua istighfar

mohon ampun padaNya, memohon agar kami dapat merawat ayah kami dengan sabar dan ikhlas.

Esoknya giliran aku menjaga dan membersihkan kotoran beliau, maa sya Allah ternyata ada lecet sehingga beliau merasa sakit dan tidak nyaman dengan pampers selama ini, aku mengobati lecetnya dan beliau pun mau dipakaikan pampers lagi.

Aku mengurut kepala beliau sembari menceritakan kisah rosululloh, sahabat dan kesabaran baginda nabi dalam perjuangannya.

“Orang yang sabar akan dibuatkan rumah di dalam syurga” ceritaku, ayah pun bilang,” Ayah sudah lihat rumah ayah sedang dibangun tapi terasnya rubuh lagi, dibangun rubuh lagi ngga jadi-jadi rumahnya”, spontan aku menanggapi, ”itu karena ayah sering marah dan tidak sabar jadi rubuh lagi deh rumah yang sedang dibangun”. Sejak itu ayahku lebih tenang dan mudah diurusnya.

Ahad malam senin aku dikabarkan, ayah minta semua anak-anak untuk kumpul dan shalat berjama’ah, aku datang hampir tengah malam dan saat itu, ayah yang tertidur tiba-tiba bangun dan bilang kepadaku, ”ayah sudah lihat rumah yang sudah jadi, tapi kok mungil?,” aku menjawab, ”karena ayah

lihatnya dari jauh, padahal itu besar sekali, tidurlah lagi ayah, aku bacakan surat yasin ya..”

Persis kali ketiga selesai surat yasin dibacakan, ayah terbangun dan jarinya menunjuk ke atas akupun menuntun kalimat tauhid, beliau mengikuti dan aku kuatkan beliau dengan berbisik, ”jangan takut ayah, tidak apa-apa, masih jam setengah empat malam tidurlah lagi atau shalat malam seperti biasa ayah lakukan”, beliau tidak menjawab sejurus lamanya dan aku lihat beliau tayamum kemudian shalat.

Aku pun membalikan lembaran mushaf mencari surat lain yang akan dibaca, tiba-tiba kaki beliau bergerak memancal ke atas hingga menggeser arah tidurnya, aku ikuti arah mata hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya dalam kondisi sedang sholat, begitu tenang tiada lagi kesakitan.

Allahu akbar, innalillahi wa innailaihi roojiun..Ayah engkau sudah menempati rumah mungil dengan pagar dan taman yang indah, berbahagialah engkau disana, aamiin.

Komentar

  1. semoga almarhum husnul khotimah....

    BalasHapus
  2. Masyaa Allah....

    Cerita cinta pertama ini mengingatkan saya kepada alm. Bapak.....


    Semoga beliau semua husnul khotimah... dan berkumpul di syurganya Allah....

    Aamiin



    Aku hanya memanggilmuuuuu

    Ayah....😍



    BalasHapus
  3. Kisah nyata,...yg menggarukan pembacanya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GEROBAK CERDAS BEKEN, lomba blog www.aisei.id

SEKOLAH ADIWIYATA, DIARY FEBRUARI 2021, HARI KE 23

PROGRAM SEKOLAH PENGGERAK, KOTA BEKASI SIAP LAKSANAKAN.