Pengalaman Ikuti Lomba GTK
Antologi GTK, Tema: Pengalaman Ikuti Kejuaraan KS Berprestasi dan Berdedikasi.
CAKRAWALA PRESTASI TAKLUKAN EGO
Ditulis: Rince Wiki Utami
Jujur, sebagai guru untuk menjadi seorang berprestasi yang diakui oleh akademisi, para juri yang merupakan pakar di bidang pendidikan secara berjenjang dari tingkat kecamatan, kota/kabupaten hingga puncaknya di tingkat nasional adalah sebuah fatamorgana. Hanyalah mimpi semata, tidak mungkin terwujud! bahkan tidak pernah bermimpi untuk meraih dan menjadi “guru prestasi” kenapa demikian? Sebab cita-cita awal sebagai seorang guru bukanlah untuk berprestasi, memburu prestasi atau meraih prestasi gemilang yang syiarnya kemana-mana.
Sepanjang hayat penulis menjadi seorang guru, baik gurunya anak-anak secara biologis maupun guru anak-anak di sekolah. Amanah 9 tahun terakhir menjadi kepala sekolah dasar swasta di wilayah Jatiasih Kota Bekasi, dimulai dari nol pembangunan hingga mendapatkan akreditasi “A”. Tiga rombel masing-masing jenjang dan jumlah siswa mencapai hampir lima ratus peserta didik. Tiga kali meluluskan dengan lulusan yang diterima pada sekolah-sekolah favorit, hingga sampai pada titik ini merupakan usaha yang tidak mudah.
Banyak hal sudah dilakukan, hanya saja keberhasilan sekolah dan siswa belum didokumentasikan dengan baik. Padahal kita sama-sama tahu bahwa sekolah berprestasi adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya tersebut. Menurut Winkel (2002:45) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai.
CAKRAWALA PRESTASI
Perubahan “mind set” dalam pikiran kita membawa dampak yang signifikan untuk kemajuan diri maupun sekolah, baik pribadi seorang guru maupun sebagai anggota masyarakat. Dimana jatidiri seorang yang dapat digugu dan ditiru sangat diperlukan sebagai agen perubah. Sebelum merubah orang lain harus merubah diri menjadi sosok panutan, maka tunjukkanlah dengan prestasi, sebuah motivasi yang selalu penulis ingat sampai sekarang.
Jadilah diri kita sebagai sosok yang bermanfaat bukan “unfaedah”, yaitu keberadaannya tidak berfaedah apa-apa. Tentu bukan ini yang diinginkan karena kita ingin hidup yang singkat ini mendapatkan ridha ilahi. Maka penulis berpikir prestasi itu adalah bagian dari khasanah ilmu yang diakui oleh pakar di bidangnya.
Program dari kementrian berskala nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terkait dengan lomba siswa, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga perpustakaan, semua tergabung dalam lomba GTK (Guru dan tenaga kependidikan). Untuk peserta didik kita mengenal aneka lomba seperti Ki Hajar, Olimpiade Sains Nasional (OSN), O2SN, FLS2N, lomba lingkup keagamaan, foto grafi, jurnalis, membuat video dengan berbagai tema, cabang seni, olah raga dari sanggar ataupun club olah raga serta berbagai lomba yang diselenggarakan secara mandiri maupun lembaga.
Pertama, program yang jelas. Setiap tahun dalam rapat kerja tahunan penulis sebagai kepala sekolah membuat program bersama dewan guru. Memetakan kemampuan peserta didik dan kemungkinan capaian yang akan diperoleh nantinya. Dari kelas dua hingga kelas lima, bahkan sejak pertama masuk sekolah sudah di screning.
Kemampuan awal diprediksi secara mandiri di sekolah, dari data awal ini kemudian di kawal sejak kelas dua untuk mengikuti kelas-kelas prestasi dalam program ekskul pilihan. Kendalanya, banyak peserta didik ketika memilih ekskul tidak sesuai arahan, namun tidak mengapa, sebab kemampuan anak akan terus berkembang yang pada akhirnya akan menemukan muaranya untuk berprestasi.
Kedua, kolaborasi antar warga sekolah. Terutama guru kelas, orang tua, dan guru pembina masing-masing ekskul, sangat menentukan keberhasilan prestasi peserta didik. Sebaik apapun program yang dicanangkan bila tidak mendapat support orang tua murid dan di kawal dengan baik oleh sekolah dan guru, maka prestasi yang diharapkan tidak dapat terwujud.
Ketiga, berikan apresiasi. Setiap tahun sekolah memberikan apresiasi kepada peserta didik dalam bidang apapun. Di kelas guru terbiasa memberikan apresiasi tiap pekannya dari nilai karakter maupun akademik. Baik yang berupa pujian, simbol hingga materi sederhana semacam pin. Prinsipnya semua peserta didik itu berprestasi, kemudian guru mengasahnya sampai mampu berkolaborasi dengan peserta didik lainnya hingga menjadi prestasi gemilang.
Keempat, pelajari juknis lomba. Setelah persiapan sekolah, siswa, guru maupun warga sekolah lainnya. Semua itu untuk mendukung hasil konkrit dari best practice yang dibuat kepala sekolah. Hal terpenting adalah mempelajari juknis lomba, setiap juknis lomba memiliki gaya selingkung yang berbeda. Fahami, ikuti, dan penuhi sesuai arahan juknis yang ada.
Kelima, buat tim kecil 2-3 orang. Sebagai pendukung khusus untuk mempersiapkan segala sesuatunya sesuai juknis yang tertera. Pengumpulan bukti dan portofolio yang biasa banyak menyita waktu kecuali sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya.
Keenam, banyak bertanya. Dalam upaya cari ilmu yang mendukung lomba. Bertanya pada orang-orang yang sudah pernah mengikuti lomba yang sama sebelumnya. Bila perlu mengikuti bimbingan tekhnis yang diadakan oleh lembaga atau perseorangan yang memang sudah berpengalaman. Seperti bimbingan tekhnis mengikuti lomba GTK bersama Kang Encon.
Ketujuh, minta arahan dan do'a restu. Penting untuk mendapat keridhaan, keberkahan juga dukungan dari orang tua kandung, pengawas, yayasan, rekan sejawat, guru-guru, juga orang tua murid dan lainnya.
TAKLUKKAN EGO
Untuk mencapai prestasi dalam suatu bidang perlu dipersiapkan segala hal, baik pendalaman akademik, skil maupun mentalnya. Mempersiapkan diri mengikuti lomba kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi tidak hanya ditentukan oleh faktor individu saja tapi terintegrasi antara prestasi siswa, guru, maupun sekolahnya. Karena itu kemampuan managerial and leadership seorang kepala sekolah sangat diperlukan untuk mengelola, mengarahkan, membina serta memberikan contoh nyata dalam keseharian di sekolah.
Selama berinteraksi di dalam sebuah lomba, mental menjadi faktor pendukung atau bisa jadi faktor utama. Apakah mental kita sudah jatuh sebelum bertanding atau tetap kuat, fight hingga akhir dengan fokus pada tujuan. Hal ini tentu memerlukan stamina yang stabil. Ego yang tinggi saat bertanding akan membawa citra buruk pada diri juga dapat membuat mental jatuh sebelum bertanding ataupun akan mengurangi penilaian itu sendiri.
Menjadi seorang pemenang memang harus memiliki jiwa yang tenang, optimis dan meyakinkan selain pengalaman berlomba yang tidak sedikit serta menguasai medan perlombaan dengan memahami pedoman dan arahan dari para juri. Setiap lomba memiliki gaya selingkung yang berbeda dan ini yang harus difahami serta menjadi perhatian. Karena itu menaklukkan Ego adalah hal yang mendasar untuk mencapai puncak prestasi.
Ego menurut KBBI adalah aku; pribadi atau konsepsi individu tentang dirinya, sedang menurut Sighmund
Pertama, menaklukkan ego berarti menyadari lomba adalah sarana belajar dan mencari ilmu karena Allah. Luruskan niat adalah awal yang baik. Sehingga menang ataupun kalah menjadi kondisi yang tetap harus disyukuri.
Kedua, menaklukkan ego berarti mendapat pengalaman terbaik. Sebagai ajang mendapatkan hal baru, teman baru, jejaring baru yang lebih luas. Mengikuti lomba tidak sama dengan diklat atau workshop karenanya pengalaman yang di dapat tentu berbeda.
Ketiga, menaklukkan ego berarti meningkatkan kolaborasi seluruh warga sekolah dan pihak terkait seperti dinas pendidikan. Untuk mengikuti lomba kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi, harus menghimpun seluruh prestasi siswa, guru maupun sekolah dan tentu persiapan portofolio harus jauh-jauh hari bahkan dari awal tahun ajaran.
Keempat, menaklukkan ego berarti ikhlas mengikuti arahan coach, tempaan pelatih atau pembina yang serius membimbing meskipun keras, berat, sulit, mengesalkan bahkan dapat meneteskan air mata, semua adalah perjuangan, keseriusan, semata untuk kebaikan agar menjadi pribadi tangguh dari individu yang dibimbingnya.
Kelima, menaklukkan ego berarti munculkan pribadi yang smart, menyenangkan, supel, empati, penuh semangat dan murah senyum.
Keenam, menaklukkan ego berarti fokus pada tujuan namun tetap empati terhadap sesama. Fokus pada tujuan dengan tetap bersungguh-sungguh dalam setiap tahapan lomba, tidak meremehkan ataupun menganggap enteng namun tetap peduli terhadap lingkungan sekitar. Tidak jarang suatu lomba membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya.
Ketujuh, menaklukkan ego berarti rendah hati, sportif dan berjiwa satria. Apapun hasil yang diperoleh dari sebuah lomba akan mendapatkan ilmu yang tidak sedikit, janganlah sombong, ilmu yang didapat dikembangkan dengan memberikan testimoni berupa desiminasi agar kebermanfaatan ilmu menyebar kepada orang lain. Namun sebaliknya, mengakui keberhasilan orang lain adalah sikap yang sportif, berjiwa satria untuk menyadari kekurangan dan mulai menata diri agar menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai wacana saling berbagi kisah perjalanan mengikuti lomba.
Ilmu manusia hanyalah seujung kuku bila dicelupkan ke dalam samudra luas, tidak patut manusia kufur nikmat apalagi sombong. Merunduklah semakin berisi manusia dan seluruh alam akan memuja hamba Allah yang tawadhu. Semoga bermanfaat dan menjadi penyemangat untuk lebih baik di masa mendatang, aamiin.
Seorang kepala sekolah di SD Swasta Kec. Jatiasih Kota Bekasi, kelahiran tahun 1971. Menyelesaikan program master bidang Teknologi Pendidikan di Universitas Islam Asy Syafiiyah Jakarta tahun 2014. Aktif dalam organisasi pendidikan seperti JSIT, PGRI, FKSDS, K3S, MT Muslimah dan KKG Gugus. Beberapa akun media sosial yang dimiliki penulis seperti blog https://gupres2020.blogspot.com, facebook wiki utami, Instagram bundatami4u, youtube Rince Wiki Utami serta pernah menulis artikel di koran radar Bekasi. Bergabung dalam kelompok menulis seperti KPPJB, KPLJ, AISEI, KSGN yang di asuh oleh penulis berpengalaman seperti Om Jay (Wijaya Kusumah), dkk. Buku yang sudah terbit antologi puisi berjudul Aksara Penyair, antologi Pesona Nusantara, Antologi The Magic Of Inspiration, The Power of Silaturahmi in Writing (antologi membangun literasi negeri bersama Omjay dan bu kanjeng), antologi Pembelajaran Efektif dan in sya Allah akan menyusul buku solo dan lainnya, amin.
Tulisannya runut
BalasHapusmacihh yeaa sudah mampirs
HapusTerbaikkkkkkkkkkkkkkk!!!!!! Lanjutkan sampai jadi sebuah buku Autobiografii kayaknya bagus momss
BalasHapusTeteeeh...hatur nuhun..sayang..
HapusMantab,bisa ditiru nich jejak B Rince, sukses terus bu
BalasHapusKallo diijadiian buku akan semakin bermanfaat.. kereeen bu
BalasHapusAamiin...semoga terwujud
HapusKeren!!!
BalasHapusSaya bacanya sampai capek.
Namun endingnya banyak pelajaran yang di dapat
Terimakasih
Maaaf, maklum baru belajar nulis
HapusMantap...
BalasHapusKeren bund
BalasHapus