MUSIBAH ITU QODARULLOH

 TADZKIROH

MUSIBAH ITU QODARULLOH

  Ditulis: Rince Wiki Utami


Musibah yang terjadi karena bencana alam, banjir, gunung meletus, tanah longsor, atau kecelakaan pesawat terbang, kebakaran, tenggelam, tabrakan maut, covid-19 dan lain-lain menyebabkan kehilangan materil maupun orang-orang terkasih. Bukan maunya kita.

Suami kehilangan istri, istri kehilangan suami. Anak-anak kehilangan orang tua atau pun sebaliknya. Kehilanghan saudara, handai taulan mungkin lebih dari satu.  Ya.. sekali lagi bukan maunya kita. 

Musibah sebabkan kesedihan. Namun bagi orang beriman musibah adalah ujian apakah bisa bersabar, bertambah keimanan dan tetap beramal saleh. Sebagaimana firmanNya dalam surat Al Mulk ayat 1-2. 

                                                           بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

 تَبَـٰرَكَ ٱلَّذِی بِیَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡ قَدِیرٌ ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفُورُ

"Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun."

Merenungi sunnatullah tentu akan mengetahui bahwa cobaan merupakan salah satu sunah (ketetapan) Allah yang bersifat kauniyyah qadariyyah (qadar Allah terhadap alam semesta). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155)

Sunnatulloh Orang Beriman

Sungguh keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang paling shaleh adalah orang yang paling jauh dari cobaan, bahkan cobaan merupakan tanda keimanan. Di dalam hadis disebutkan:

Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang imannya tinggi, maka ujiannya pun berat, dan siapa yang imannya rendah maka ujiannya disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan tetap menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa membawa dosa.” (HR. Tirmidzi)

Tanda Kecintaan Allah

Cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَي، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Tirmidzi menghasankannya)

Tanda Kebaikan yang diberikan Allah

Musibah atau cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah kebaikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِىَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya maka ditahan hukuman itu karena dosa-dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Penebus Dosa

Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا »

“Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, meskipun hanya terkena duri.” (HR. Bukhari)

Istidraj vs Barokah

Sebaliknya, jika seseorang diberikan dunia ini namun tetap bergelimang di atas kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa yang demikian merupakan istidraj (penangguhan azdab dari Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلىَ مَعَاصِيْهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ثُمَّ تَلاَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم “فَلَمَّا نَسُوا ….الاية.

“Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang disenangi kepada seorang hamba padahal ia berada di atas maksiat, maka sebenarnya hal itu adalah istidraj.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  membacakan ayat:

”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al An’aam: 44). (HR. Ahmad dengan isnad yang jayyid, Shahihul Jami’ no. 561)

Keberkahan tidak semata mendapatkan rizki yang berlimpah, keberkahan itu manakala rizki yang Allah berikan meskipun sedikit tapi bermanfaat untuk kemaslahatan seluruh keluarga dan umat. Nikmat ketika sehat, bisa melakukan aktifitas kebaikan, bisa bersilaturahmi di dunia maya, dapat berinfak meskipun sedikit tapi terus menerus itu juga rizki dari Allah. 

Ketika tubuh kita sakit tidak ada rasa nikmat sedikitpun maka kita akan bersyukur dan merasakan nikmatnya saat sehat. Sehat Itulah rizki yang penuh keberkahan karena itu manfaatkan waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, manfaatkan waktu luangmu sebelum datang kesempitan padamu, manfaatkan saat kayamu sebelum datang saat miskinmu, manfaatkan waktu mudamu sebelum datang masa tuamu, dan manfaatkan masa hidupmu sebelum matimu.

Hikmah Adanya Musibah

Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka cobaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu dan mengangkat derajatnya. Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada Allah).” (QS. Al A’raaf: 168)

Yakni ujian, musibah, cobaan semata agar manusia kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadap nikmat-Nya.

Ibnul Qayyim berkata, “Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga diri), dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha Suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Musibah yang diterima karena Allah semata, lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuat lupa mengingat-Nya.”


أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ


Doa Untuk orang yang meninggal:

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَها وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضُ مِنَ لدَّنَسِ. وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيِرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا، وَأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّرِ 

Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa 'aafihaa wa'fu 'anhaa, wa akrim nuzuulahaa wawassi' mad kholahaa ,waghsilhaa bil maai wats salji wal barodi, wa naqqihaa, minadz dzunubi wal khothooyaa kamaa naqqoits tsaubal abyadhu minad danas. Wabdilha daarool khoiron min daarihaa wa ahlan khoiron min ahlihaa wa zaujan khoiron min zaujihaa, wa adkhilhal jannata wa a’idzhaa min adzabil qobrii au min 'adzaa binnaar

Artinya:

“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berikan kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air yang jernih lagi sejuk. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih dari rumahnya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya (di dunia). Masukkanlah dia ke dalam surga, lindungilah dari azab kubur dan azab neraka.” (HR. Muslim)


Wallahu a'lam bishowab.

Semoga bermanfaat, mohon maaf lahir batin.

Bekasi, 24 Januari 2021

Komentar

  1. Tulisannya menjadi pengingat, terimakasih ya bun :)
    Salam kenal

    BalasHapus
  2. MaasyaaAllah.. tulisannya bagus untuk pengingat diri.. trimakasih umi..🙏

    BalasHapus
  3. Masya Allah umi tulisannya bagus bangat buat pingingat diri kita lebih baik...terima kasih umi........

    BalasHapus
  4. tulisan super...sebagai pembelajaran bagi saya

    BalasHapus
  5. Masyaallah, tulisan ibu menyadarkan kita untuk senantiasa mengingat-NYA. Terimakasih Bu🙏

    BalasHapus
  6. Super sekali. Tulisannya sangat informatif dan inspiratif. Good job. Lnjutkn 👍🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKU, KAMU dan DIA

TERIMA, SADARI, PERBAIKI

GEROBAK CERDAS BEKEN, lomba blog www.aisei.id