PENGUNI GAWAI VS COVID-19


PENGHUNI GAWAI VS COVID-19

By Rince Wiki Utami, 04-04-2020

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengabarkan dalam berita terbarunya beberapa prediksi mengenai kapan puncak wabah corona di Indonesia akan terjadi. Pertama, bila kebijakan lockdown atau social distancing ketat diberlakukan maka puncak wabah akan terjadi pada bulan April dan berakhir pada bulan Mei.

Kedua, puncak wabah akan terjadi pada bulan Juni atau bahkan Juli bila social distancing tidak berjalan sebagaimana seharusnya. “Estimasi jumlah kasus di Maret 1.577 masukan BIN. Ini relatif akurat. Estimasi akhir April jumlah yang terpapar sebanyak 27.300. Puncaknya pada akhir Juni dan akhir Juli,” katanya seperti dikutip detik.com, Jumat (3/4/2020).

Berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang semakin meningkat, maka kesehatan lahir dan batin para siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan.

Karena itu, Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) ditandatangani Mendikbud Nadiem Anwar Makarim pada tanggal 24 Maret 2020 di Jakarta.

SE Menteri dalam point 2 mengarahkan bahwa belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.

Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.

Terkait wabah tersebut pada akhirnya Presiden Joko Widodo memutuskan Work From Home (WFH) diperpanjang hingga akhir bulan Mei. Akhirnya berimbas pada pendidikan jarak jauh atau daring di masing-masing daerah menetapkan perpanjangan masa Belajar Di Rumah (BDR). Dalam hal ini masa belajar anak di rumah bersama orangtuanya jadi semakin lama, yang tentunya memiliki problema tersendiri.

Sebagai kepala sekolah di salah satu sekolah dasar swasta daerah Jatiasih Kota Bekasi, sejak diberlakukan kebijakan belajar di rumah maka koordinasi guru, komite maupun dengan stakeholder lainnya menggunakan kemudahan teknologi yang ada. Meski awalnya terkendala (gagap teknologi) dan harus belajar lagi, tetapi akhirnya terbiasa juga.

Pekerjaan memantau hasil belajar siswa melalui supervisi guru, monitoring evaluasi hingga membuat laporan semua dilakukan dengan teknologi, serasa menjadi orang penting, seorang yang canggih di abad ini. Jika kami para guru harus belajar teknologi kembali meski dengan berbagai kesulitan, lalu bagaimana dengan anak didik kami, tentunya ini menjadi salah satu keraguan dihati para guru.

Awalnya, ada kekhawatiran anak didik kami tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan melalui daring oleh para guru, namun selama dalam pantauan ternyata tugas-tugas yang diberikan guru dapat diselesaikan dengan baik. Tentunya hal ini tak lepas peran serta aktif dari para orangtua terutama bagi anak didik kelas rendah.

Cukup mengharukan, ternyata anak didik kelas tinggi kami mampu memberikan hasil karyanya melalui video yang diunggah dalam IG, Youtube, Vlog siswa-siswi sendiri, kemudian guru atau siapapun dapat memberikan komentar dan penilaian.

Meski pengalaman belajar di sekolah guru kelas VI kami pernah mendemonstrasikan praktek pembelajaran dengan video hanya dua kali yaitu saat memberikan materi IPA dan IPS. Namun, ini baru dilakukan untuk satu kelas sedangkan dua kelas lainnya belum pernah diberikan pembelajaran tersebut di dalam kelas.

Bagaimana anak didik kami bisa melakukan dan menyelesaikan videonya sementara guru hanya mengarahkan untuk menginstal aplikasi seperti kinemaster, pixel, vivo video dan masih banyak lagi aplikasi video maker dari playstore, yang paling sederhana dengan video speech up dalam WhatsApp yang tentunya ada di HP masing-masing.

Tapi disinilah uniknya, ternyata sekitar 60-80 persen anak didik kami mampu memberikan laporan hasil belajar dari rumah yang luar biasa, memukau siapapun yang melihat karya mereka. Mereka mampu mencari literasi dari sumber yang bagus, akurat, memberikan animasi, tulisan, gambar-gambar yang menarik pada videonya, mengisi dengan suara backsound untuk menambahkan keseruan presentasi dan tentunya menjelaskan materi dengan alur yang menarik kemudian diunggah dalam IG, Youtube, Vlog, Facebook, LINE para siswa-siswi sendiri.

Inilah mereka para penghuni sesungguhnya dari produk teknologi terkini, buat mereka teknologi adalah rumah, kampung dimana seluk beluk di dalamnya seperti sudah sangat dikenalnya sehingga tidak akan tersesat bila ditinggal sendiri, berbeda tentunya dengan kita para orangtua, guru, yang memerlukan pemandu untuk mengenal kampung teknologi.


Ditengah mewabahnya Covid 19 penghuni gawai mendapat kesempatan untuk mengenal Covid 19 itu lebih jauh, yang membuat mereka tidak bisa beraktifitas diluar rumah, tidak dapat bertemu teman-temannya dan tentu guru-gurunya. Mereka semua berselancar mencari tahu apa itu covid 19, lalu mengenalnya, bagaimana mengatasi perkembangannya sehingga dapat mencegah kerusakan yang lebih besar, tidak lupa menghimbau semua orang termasuk orangtua dan teman-temannya untuk waspada terhadap pandemi international ini.

Bila setiap anak yang ada mampu memerangi, menghimbau, saling menjaga, saling mengingatkan maka keberadaan covid 19 akan lenyap dan Indonesia segera terbebas dari pandemi covid 19 yang mewabah tidak terkendali. Bila setiap anak memenuhi medsos dengan karyanya sendiri, maka hati orangtua mana yang bisa abai terhadap hal demikian, stay at home adalah hal yang membahagiakan, tanpa disadari telah melatih keterampilan anak dalam teknologi maka kemenangan itu tentu ada di tangan mereka para penghuni gawai yaitu anak-anak kita hari ini.

Anak-anak yang lahir pada kurun waktu 1995-2010 disebut generasi Z dengan ciri-ciri antara lain multitasking, mudah beradaptasi dengan teknologi, suka dengan yang instan, cenderung keras kepala, selalu terburu-buru dan menyukai kegiatan sosial. Sedangkan anak-anak yang lahir pada tahun 2011 hingga kini disebut generasi alpha dengan ciri-ciri sebagai berikut: mengenal gawai dari balita, pola pikir lebih terbuka, transformatif dan inovatif, sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian orangtua, butuh strategi khusus untuk menjadikan anak mahir dengan teknologi tapi tetap menghargai nilai-nilai kekeluargaan.

Itulah kenapa anak-anak cepat menguasai teknologi, suatu hal yang belum pernah diajarkan guru mereka di sekolah kecuali sedikit. Pada akhirnya di tengah wabah ini mereka belajar hal yang sangat penting, bahwa teknologi bisa bermanfaat di tangan mereka saat mereka menginginkannya. Namun sebaliknya, teknologi dapat menghancurkan saat mereka tidak mampu mengendalikannya. Belajar yang baik adalah yang mereka tidak sadar sedang belajar, karena pendidikan itu membahagiakan.

Selamat untuk ayah bunda yang telah dengan sabar memberikan pelajaran kehidupan kepada ananda di tengah masa karantina ini, pelajaran bermakna buat ananda sebagaimana yang disebut mas menteri pendidikan. Wallahua'lam bisshowab.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GEROBAK CERDAS BEKEN, lomba blog www.aisei.id

SEKOLAH ADIWIYATA, DIARY FEBRUARI 2021, HARI KE 23

PROGRAM SEKOLAH PENGGERAK, KOTA BEKASI SIAP LAKSANAKAN.