PENCARI JEJAK DAN FAVORIT PEGOWES DI KOTA BEKASI

 



PENCARI JEJAK DAN FAVORIT PEGOWES KOTA BEKASI

Penulis : Rince Wiki Utami

Mengunjungi objek wisata dengan suasana lingkungan nan asri di kota besar semisal kota Bekasi tidak mudah, tapi masih ada loh, dengan dana murah meriah, pemandangan alam indah alami, awan berarak, birunya langit dipadu warna kehijauan dari pepohonan liar atau kecoklatan dihiasi ilalang yang tumbuh menjulang, suatu keindahan alam apa adanya yang luar biasa untuk dinikmati.

Bersepeda musiman, maklum bukan pegowes profesional mereka hanyalah kumpulan keluarga muda yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Pakaian dan sepeda yang digunakan pun biasa yang dipakai sehari-hari hanya dilengkapi sepatu kets, helm sepeda dan sarung tangan, biasanya mereka gowes bersama untuk liburan akhir pekan dengan jarak tempuh yang tidak terlampau jauh.

Penulis sendiri tidak memiliki sepeda, sering membayangkan ingin sepedaan juga seperti mereka, namun dilarang anak-anak juga dokter sebab hal tertentu, sehingga penulis harus puas dengan berjalan kaki, tentu bersama keluarga atau berdua saja dengan suami.

Melalui jalan setapak yang kadang melewati perumahan, kampung-kampung seperti hiking tapi bukan di gunung, ini hiking kota atau blusukan, wilayah perkampungan yang terkadang naik dan turun, tidak jarang kami menemui jalan buntu, pernah juga mampir di warung pinggir jalan sekedar untuk minum atau numpang ke kamar kecil.

Suasananya mirip kegiatan pramuka mencari jejak saat sekolah dulu, namun kali ini bersama keluarga tercinta. Karenanya kegiatan ini kami namakan pencari jejak sebab hanya menggunakan maps sejak dari parkir yang terkadang tidak masuk di peta jalan yang kami lalui, modal bertanya kepada penduduk setempat, sesekali selfi bila ditemukan spot alam serta gurauan dalam perjalanan pencari jejak menjadi aktifitas yang sangat menyenangkan.

Beberapa tempat cukup menarik yang pernah penulis kunjungi dan akan menjadi destinasi berikutnya serta menjadi favorit pegowes di seputar wilayah kota Bekasi akan penulis coba uraikan dengan disertakan link dari google agar lebih mengenal tempat-tempat tersebut.

Jembatan Pelangi, (https://www.cendananews.com/2020/07/kisah-jembatan-pelangi-engkong-siroj-di-perbatasan-bekasi-bogor.html).

Minggu pagi yang cerah penulis serta suami berniat jalan pagi sekitar pukul 6 dari rumah dengan tujuan ke Jembatan Pelangi, kebetulan letak rumah yang tidak terlampau jauh

dari tempat tujuan sekitar 3 kilometer dengan berjalan kaki, bila naik motor tidak sampai setengah jam sudah sampai. Di awali mengitari seputaran komplek perumahan kemudian memasuki wilayah perkampungan perjalanan mulai dengan bertanya pada penduduk setempat untuk lewati jalan setapak menuju jembatan Pelangi.

Lewati lapangan rumput dengan ilalang hijau yang tumbuh tinggi, deretan pohon rambutan dengan buah yang menguning bahkan diantaranya sudah merah sangat lebat merunduk ke bawah saking banyak buahnya, tembus beberapa rumah penduduk setempat yang masih bertungku kayu bakar di luar rumah, menerobos pohon bambu yang sangat rimbun dengan jalan tanah berundak, juga menurun, sedikit harus hati-hati agar tidak terpeleset hingga tiba-tiba sampai ke empang penduduk yang hanya ada satu rumah, sepertinya kami tersasar.

Kami pun kembali ke jalan semula mengikuti petunjuk yang di arahkan penduduk. Akhirnya setelah hampir 1,5 jam kami tiba juga di jembatan Pelangi, jembatan yang sangat populer bagi pegowes dengan “jalur jatiasih”, demikian jalur sepeda yang mereka kenal karena keasrian wilayahnya.

Track JJ (Jalur Jatiasih) biasanya pegowes melalui jembatan yang menghubungi wilayah perbatasan kota Bekasi dengan gunung putri wilayah Bogor menyebrangi bantaran sungai cikeas yang deras airnya bila musim hujan.


Jembatan besi biasa yang kemudian di cat warna Pelangi diberi hiasan payung juga tudung tani warna warni di gantung di tempat pegowes singgah persis depan warung penduduk yang menyajikan makanan khas kampung setempat seperti lontong, nasi uduk, nasi bakar, bakwan, tahu isi, ketan, uli goreng, gemblong, lepet, apem, kue cincin, dan lain-lain yang dikelola swadaya oleh penduduk setempat menambah semarak saat singgah bila akhir pekan tiba.

Curug Parigi, (https://travel.kompas.com/image/2018/01/05/200000727/8-panduan- penting-sebelum-datang-ke-curug-parigi-di-bekasi?page=1).

Curug Parigi terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, tepatnya di Jalan Pangkalan 5, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Curug berarti air terjun, namun curug ini tidak seperti air terjun pada umumnya yang berada di pegunungan dan memiliki air sangat jernih dan menyejukkan sebab bersumber dari mata air pegunungan. Curug ini terbentuk di aliran sungai Cikeas yang kebetulan membentuk undakan menurun cukup panjang sehingga air terjun tersebut tampak seperti air terjun Niagara versi mini yang terkenal di perbatasan Kanada dan Amerika Serikat. Curug Parigi juga di gemari pegowes untuk sekedar melepas lelah dipinggir sungai tersebut.

Di jalan pangkalan 5, terdapat jalan yang sudah di cor cukup untuk satu mobil namun tampaknya tidak untuk dilalui kendaraan sebab jalan tersebut buntu, jalan yang di kanan kiri masih tumbuh rumput dan ilalang tidak terurus, melintasi jalan bebatuan kira-kira 500 meter sampailah di curug Parigi, pemandangan yang cukup menarik setelah lelah berjalan atau pun bersepeda.

Di Curug Parigi harus membawa bekal sendiri yang cukup karena tidak ada penduduk yang berjualan sebagaimana di jembatan Pelangi, karena merupakan pinggiran sungai yang cukup landai, setelah minum melepas lelah dan juga berfoto, pengunjung biasanya tidak lama singgah di sana.

Situ Cibeureum, (https://jejakpiknik.com/danau-cibeureum/).

Kali ini hari Jum’at pas tanggal merah saat kami memutuskan untuk berangkat ke Situ Cibeureum, karena jarak agak jauh dari rumah kami gunakan mobil, sekitar 3 km dari tujuan, kendaraan kami parkir dan mulai dengan berjalan kaki menuju Situ Cibereum. Sebenarnya ada tempat parkir yang lebih dekat tapi karena belum mengenal daerah tersebut jadilah kami parkir agak jauh dari tempat tujuan.

Perjalanan dengan jalan kaki kami rasakan begitu indah, setelah melewati perkampungan penduduk memasuki lahan tanah merah berupa lapangan cukup luas untuk yang punya hobi aerodinamika pasti senang, sepertinya juga biasa untuk tempat belajar mobil atau tracking balapan sepeda/motor, jalur tanah yang tidak dilalui kendaraan tumbuh ilalang menjulang dengan beratap langit biru berlatar gedung pencakar langit, ya.. karena Situ Cibeureum terletak di pinggiran kota Bekasi, tepatnya di Lambangjaya, Tambun Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pada awalnya, luas dari danau wisata ini hingga 38 hektar namun di tahun 1990 luas danau ini hanya 2 hektar saja sebab sudah banyak dibangun perumahan dan gedung perkantoran. Banyak warga yang menggantungkan hidup mereka dengan mencari ikan atau menanam kangkung di pinggir danau.

Terdapat legenda menarik dari cerita misteri masyarakat yang berkembang yaitu kerajaan siluman, makhluk halus dari dasar danau yang menampakkan diri sebagai seekor buaya putih, namun demikian danau yang tidak luas ini tetap menjadi tempat favorit bagi pengunjung tidak hanya pegowes, tapi juga pemancingan favorit, dasar danau terdapat banyak ikan air tawar seperti ikan keting, ikan tawes, ikan lele, ikan gabus hingga ikan mujair. Ada juga perahu wisata dengan mesin boat untuk sekedar berkeliling danau.

Banyak saung makan yang ditata swa kelola di atas danau untuk para pengunjung sehingga bisa berlama-lama menikmati sejuknya angin danau sambari menikmati air kelapa muda dan makanan pengganjal perut semisal gado-gado, pecak ikan, rujak atau mie rebus. Berfoto di tepi danau juga sangat indah pemandangannya.

Situ Rawa Gede Bojong Menteng, (https://jejakpiknik.com/situ-gede-bekasi/).

Dua tempat wisata berikutnya ini dari teman facebook yang memposting, pertama pemandangan di pinggir Situ Rawa Gede Bojong Menteng yang terlihat indah dan elegan, dan yang kedua Taman Limo Jatiwangi, penulis pun mencoba cari tahu di situs terkait.

Danau Situ Gede yang mirip rawa dengan pemandangan hijau di sekitar area seluas lebih dari 7 hektar terletak di jalan Kampung Bojong Menteng, Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Terdapat fasilitas berupa pemancingan umum, penyewaan perahu rakit sederhana juga tempat makan di pinggir danau dengan beberapa ditambahkan sedikit aksesoris sehingga menjadi spot foto yang menarik. Kabarnya pemkot Bekasi akan membuat sarana Kawasan pusat seni dan budaya di Situ Gede, semoga segera terwujud.

Taman Limo Jatiwangi, (https://www.nativeindonesia.com/taman-limo-jatiwangi/).

Suasana pedesaan berjarak selangkah dari kota, demikian judul yang penulis dapatkan, sangat menarik dengan objek wisata yang ada seperti danau, kolam ikan, saung-saung, wahana permainan anak, aneka kuliner juga panggung hiburan. Alamat taman Limo terletak di jalan Cikedokan-Jatiwangi No. 9, Jatiwangi, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Berjarak dari pusat kota Bekasi sejauh 24 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam.


Taman Limo Jatiwangi menawarkan panorama yang asri cocok untuk spot foto, ada jembatan bambu, taman bunga yang indah, bangunan warna warni, semua di desain dan tertata sangat rapi juga asri. Ternyata semua itu hasil swadaya masyarakat Jatiwangi yang digerakkan oleh kepala desa setempat yang tentu menambah aktifitas ekonomi desa.

Kelima daerah wisata yang sudah diuraikan diatas tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Hanya ada biaya parkir kendaraan roda dua kisaran Rp. 3000, dan roda empat Rp 7000, harga yang cukup terjangkau dengan fasilitas umum seperti toilet cukup lumayan dengan air bersih mengalir.

Tentu masih banyak tempat lain yang menarik di kota Bekasi penulis cukupkan 5 objek wisata asri dan alami, terima kasih neng Midah atas fotonya, bila ada kesempatan penulis akan berkunjung ke dua tempat terakhir, in sya allah.


Penulis : Rince Wiki Utami,
Seorang kepala sekolah SD swasta di Kota Bekasi sekaligus ibu dari tiga orang anak yang sudah besar. Menyelesaikan program masternya bidang Teknologi Pendidikan di Universitas Islam Asy Syafiiyah Jakarta tahun 2014. Beberapa akun media sosial yang dimiliki penulis seperti blog https://gupres2020.blogspot.com, facebook wiki utami, Instalgram bundatami4u, youtube rince wiki utami serta pernah menulis artikel di koran radar Bekasi. Aktif mengikuti kelompok menulis seperti KPPJB, KPLJ, dan di asuh oleh penulis berpengalaman seperti Om Jay (Wijaya Kusumah), Kang Encon, dkk. Buku antologi puisi berjudul Aksara Penyair sudah diterbitkan, in sya Allah akan menyusul buku lainnya, aamiin. 

Komentar

  1. Bekasi ternyata ada objekk wisatanya .......keren.maakasih tulisannya bu rince

    BalasHapus
  2. Bercerita itu mengasyikkan... -ceppangeran

    BalasHapus
  3. Iya..ngalir aja...banyak yg bs dicrtkan..

    BalasHapus
  4. Pemandangannya bagus sekali. Semoga omjay bisa pergi ke sana.

    BalasHapus
  5. Terima kasih omjay...mangga main ke Bekasi, kita keliling wisata kuliner murmer...😊

    BalasHapus
  6. Jalan-jalan mencari inspirasi untuk bahan tulisan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul tau aja nih...mau bikin cerpen cinta blm jadi2..hehe..

      Hapus
  7. Wah keren abis, perpaduan antara hoby jln2, OR, promo wisata dan menulis di balut menjadi narasi yg enak dibaca, palgi karyanya pernah di muat koran. Prestasi yg mmbnggkan. Keep spirit Bu tuk terus berkarya. Tks.

    BalasHapus
  8. Subhanallah, ada lagi di Hutan Bambu Bekasi Timur. Dekat gedung MK Bu TamiπŸ‘πŸ½

    BalasHapus
  9. Masyaa Allah..banyak tempat ternyata yg belum didatangin padahal dekat.. dan aman utk situasi pandemik begini.. jazakillah khoir informasinya bunda.. sangat inspiratif..😍❤

    BalasHapus
  10. Ternyata banyak tempat yang blm pernah di datangi ya .. hayu atuh kesana bareng bunda...di tunggu ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GEROBAK CERDAS BEKEN, lomba blog www.aisei.id

SEKOLAH ADIWIYATA, DIARY FEBRUARI 2021, HARI KE 23

PROGRAM SEKOLAH PENGGERAK, KOTA BEKASI SIAP LAKSANAKAN.